Jumat, 04 November 2016

Waktu Itu

"Kenangan: menari di antara desaknya; bernyanyi di lantang teriaknya; bersenandung di sela bisiknya."

***

Waktu itu, aku masih bocah. Pakai jilbab miring dengan kemeja kebesaran dan sepan kedodoran. Datang ke mari dengan kelebihan epinefrina, sampai-sampai kemejaku lusuh kena kencang tanganku menggenggam.

Ah, waktu itu. Saat aku masih teguh pendirian untuk jadi bocah seni. Tetap ingin coba lagi walau sudah gagal sebanyak dua kali.

Waktu itu aku kecewa namun senang di waktu bersamaan. Kebingungan harus mencerna yang mana duluan.

Waktu itu aku jatuh cinta pada seseorang, sampai aku terambau pada lubang besar yang acap ditutur kehilangan, kepayahan.

Waktu itu guru.

Waktu itu aku masih bocah, pun sekarang.

***

Kalau hujan datang, lepasnya sering ikut membawa kenangan. Kalau kenangan datang, aku suka baper sendirian. Sedari tadi yang aku jamah bukanlah buku pelajaran, melainkan sebuah handphone keluaran tahun 2011 yang sudah memutar video Putih Abu (Sebuah Catatan Akhir Sekolah 2015) sebanyak lima kali. Video yang dibuat dengan segenap antusiasme bocah yang di ambang kebebasannya. Kebebasan yang ternyata... liar.

Hari ini aku adalah mahasiswa semester tiga. Nggak tua, nggak juga muda. Alhamdulillah udah nggak lagi ditanya, "Kelas berapa?", sama ibu-ibu di angkot. Hehehe. Lihat deh, interaksi bisa terjalin semudah itu. Aku heran sama orang-orang yang masih menyebutku apatis. Kadang rasanya ingin berbisik di telinganya bahwa, "Hey! Aku tidak apatis."

Waktu itu mungkin aku apatis.

Tapi sekarang tidak.

Sungguh.

***

Purwokerto, 4 November 2016



Sabtu, 18 Juni 2016



(Gue Mahasiswi) Bisnis Internasional Unsoed

Berawal dari rasa kecewa karena nggak mendapatkan hasil memuaskan dari mengetik keyword, “Pengalaman Kuliah di Bisnis Internasional Unsoed,” di laman pencarian Google, maka terciptalah tulisan ini...—oh, dan jangan lupakan rasa senewen karena salah satu teman salah sebut—atau, promosi—jurusan. Alhasil si adik kelas langsung nyelonong gitu aja pas dijelasin kalau si teteh yang dia cari itu jurusannya International Business dan bukannya International Relations. Meh. *astaghfirullahjanganngedumel*



International Business itu program studi Diploma III (D3). Iya, DE-TIGA. Lantas? Memang setahuku International Business itu belum ada yang Strata I (S1), kalau nggak salah, cuma dijadikan konsentrasi jurusan. But, correct me if I wrong.

Program Diploma III Bisnis Internasional Universitas Jenderal Soedirman berada di bawah naungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsoed. Lokasinya ada di Unsoed pusat, itu lho yang ada patung kudanya. Tahu Unsoed, kan? Jangan tanya, “Di mana?”, please. Oh! Ada ya? Uh-oh, okay okay, Unsoed itu ada di Purwokerto dan Purbalingga. Di kaki Gunung Slamet, Jawa Tengah. Coba cek map smart phone-nya kamu. 

UNSOED Pusat (Itu loh, yang ada patung kudanya, hehe)
FEB-nya UNSOED

Lokasi belajar para mahasiswa program Bisnis Internasional—dengan nama beken BI atau BINTER—terletak di Gedung G yang mana merupakan gedung program studi internasional. Sebenarnya, untuk Program Diploma III lokasi belajar mahasiswanya ada di Gedung C, tapi, berhubung DIII BI bawa embel-embel Internasional, maka gedungnya dipisah ke Gedung G. Membuat kami terpisah dengan kawan-kawan se-diploma III, sekaligus menyatukan kami dengan teman-teman S1 internasional lainnya.


Ini Gedung G, Gedung Kelas Internasionalnya UNSOED
BI didirikan pada tanggal 29 Mei 2001, merupakan program studi internasional pertama di Fakultas Ekonomi Unsoed. All about International Business bisa kamu baca di Buku Pedoman Fakultas Ekonomi dan Bisnis, kok. Sejarah pendirian, visi dan misi, tujuan, dan lain-lain. Mau tahu? Ayo masuk Bisnis Internasional Unsoed!









Photo taken by http://nurseptianinina.blogspot.co.id/
Uhm, sudah ya, cukup chit chat­-nya.
Apa sih yang ingin kamu ketahui?
Uh, jangan tanya kenapa aku sendiri ambil Bisnis Internasional, ya. Karena kalau dijelasin bisa dua halaman penuh.

Sewaktu masih SMA dulu, pada zaman sedang galau-galaunya, yang pertama ingin kuketahui saat hendak pilih jurusan itu Passing Grade-nya. Nah, untuk passing grade BI sendiri aku kurang tahu. Kayaknya memang nggak ada blog/web yang mencantumkan, deh.

Lalu apa lagi?

Yang kedua itu akreditasi. Alhamdulillah untuk BI Unsoed akreditasainya ‘A’. FYI nih ya, BI-nya Unsoed itu satu-satunya BI yang mendapatkan akreditasi ‘A’ di seluruh Indonesia.

Setelah itu?

Kalau aku sih dulu tanya bagaimana seleksi masuknya. Seperti yang kalian ketahui, seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri sangat bervariasi. Seleksi pertama umumnya adalah SNMPTN, lalu ada SBMPTN, yang setelahnya yaitu Ujian Mandiri. Yang terakhir itu nggak semua PTN menyelenggarakan. Tapi tenang aja, Unsoed menyelenggarakan UM, kok, yang lebih terkenal dengan nama Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru atau SPMB. Nah, program D3 dan seluruh program International itu hanya ada pada tahap seleksi ini. Kalau kamu tanya bagaimana supaya diterima, tentu aja jawabannya adalah belajar dan berdo’a. Setelahnya kamu hanya bisa memasrahkan segalanya pada Tuhan, kalau dalam agamaku disebut tawaqal kepada Allah. Pada tahap ini biasanya ada yang sangat dimudahkan—misanya, langsung diterima di SNMPTN—dan nggak sedikit yang harus diuji dulu kesabarannya, salah satunya aku yang mau nggak mau harus sampai pada tahap SPMB.

Ohya, BI Unsoed masuk ke rumpun Soshum, ya...

Lalu?

Uhm, apalagi ya... mungkin mata kuliah yang diajarkan? Nah kalau untuk masalah ini, sejujurnya aku sendiri nggak memikirkannya sama sekali. Entah kenapa aku menjadi bocah nakal yang sama sekali tidak futuristik sewaktu SMA dulu. Kamu bagaimana? Ingin tahu ya?

Baiklah...

Kata kuncinya adalah Accounting and Marketing.

Nah, berhubung aku sendiri masih duduk di semester dua tahun 2016 ini, maka nggak bisa jelasin dengan rinci, nih. Jumlah SKS yang aku ambil totalnya masih 48 (jatah per-semester hanya 24 SKS). Kalau begitu, mari kita mengacu pada dua kata kunci itu. Bayangkan kata-kata yang berkorelasi dengan dua kata kunci tersebut. Sudah jelas ada akuntansi dan manajemen, ya.


Kita bebas memilih konsentrasi mana yang kita inginkan, mau pilih akuntansi atau marketing, monggo...

Tapi, bukan hanya Accounting and Management saja yang kita pelajari. Di jurusan ini juga kita akan mempelajari budaya luar negeri, agar jika ingin mengepakkan sayap bisnis ke luar negeri, bisnis kita bisa diterima dengan mudah.



Sedikit bocoran mata kuliah di semester 1:1. Introduction to Accounting I2. Principles of Management3. Introduction to Economics4. Mathematics5. English I6. Introduction to Computer I7. PKn (Dosennya nggak mau nama ini diubah ke dalam English)8. Pendidikan Pancasila (yang ini juga)9. Agama Islam (juga yang ini)10. JATI DIRI UNSOED

Yang terakhir spesial lho, cuma ada di UNSOED, hehe.

Semester 2:1. Introduction to Accounting II2. Principles of Marketing3. Statistics4. Human Resources Management5. Business Communication6. Business Law7. Introduction to Computer II8. English II9. Cross Cultural Management

Bahasa pegantar untuk program Bisnis Internasional adalah Bahasa Inggris. Jadi penguasaan Bahasa Inggris yang baik berlaku krusial di sini.


Mata kuliahnya seru kok, dan challenging banget. Apalagi untuk yang lulusan IPA sepertiku. Sudah bukan rahasia umum lagi kalau kamu akan keteteran pada awalnya, kecuali kalau kamu sudah matangin diri sebelum terjun ke dunia IPS. Pesanku sih, harus punya banyak teman, cari yang baik, terus minta tutor ketertinggalan kamu. Soalnya lulusan IPS pasti akan lebih dominan pada awalnya, karena mereka sudah punya basic-nya. Mata kuliahnya memang banyak yang berbau IPS banget, sih, mengingat jurusan ini memang diperuntukkan bagi lulusan IPS. Saranku, pikirlanlah mau jadi apa kamu di masa depan. Matang-matang. Pertimbangkan dengan restu orangtua, passion kamu, kemampuan kamu, dan cita-cita kamu. Agar nggak salah jurusan. Kenali diri kamu sendiri, dan jangan terpengaruh oleh orang lain. Sekali lagi, AGAR NGGAK SALAH JURUSAN.


Kebanyakan mata kuliahnya membekali kita untuk menjadi seorang pengusaha.
Nah, lalu? Apalagi?

Mau jadi apa?

Kalau pertanyaan itu hanya kamu yang tahu jawabannya. Sebenarnya, kuliah hanya sebagai sarana; jembatan; media supaya kamu lebih mudah menyebrangi masa depan yang lebih baik. Apalagi ini jurusan Bisnis Internasional, semakin kamu terjun lebih dalam, kamu akan menyadari satu hal bahwa jurusan ini sangat teramat fleksibel. Jadi tolong jangan skeptis dengan bertanya, “Lulusan Bisnis Internasional mau jadi apa? Cuma D3! Gajinya pasti sedikit!.” Berarti kamu kuliah HANYA untuk sallary? Ya ampun, nggak kali. Selain untuk sallary, juga untuk ilmu, pengalaman dan—uhm, jodoh, hehe.

Uh, kalau kamu skeptis sama jurusanku dengan bawa-bawa kalimat tanya, “CUMA DE-TI-GA?”,  jujur, itu 'errgghh!@#$%^&*#' banget. Masalah pekerjaan nih, nanti pasti kamu akan ketemu sama teman yang ngajak diskusi tentang ‘Pegawai atau Pengusaha’, yah, semacam itulah. Kamu akan dihadapkan oleh dua pilihan: jadi pegawai yang mendapatkan gaji, atau jadi pengusaha yang memberi gaji. Hayooo... Kalau kamu tanya aku, oh baiklah, akan aku jawab, “Ini bisnis, lho. BIS-NIS. Aku pilih jadi seniman, tenju aja.” Haha, nggak lucu, kan? Memang. Tentu saja aku memilih untuk menjadi seorang pengusaha.

Dosen-dosennya juga cenderung mengkiblatkan pemikiran kita terhadap dunia usaha, kok. Bukan berarti mendoktrin atau apa ya, sebenarnya, it's all depends on you, guys! Sebenarnya, jurusan ini sangat tidak cocok untuk orang yang hanya ingin menjadi seorang pegawai yang berpikiran sempit dengan mengatakan, "Untuk menjadi seorang pebisnis tidak melulu harus kuliah." Oh, c'mon guys, kita juga butuh mempelajari 'ilmu'nya.


Kita bisa bekerja di perusahaan export-import, menjadi seorang ahli pemasaran, atau menjadi seorang akuntan. Bisa juga menjadi seorang seniman. (Ini tetep aja maksa ya hehe).

Lalu apa lagi, ya?

Kenapa harus Bisnis Internasional Unsoed?

Untuk yang satu ini, kamu sendiri yang benar-benar harus menjawabnya. Kalian yang harus menilai, kemudian mempertimbangkannya. (Kan calon mahasiswa, harus mandiri dong). Karena sejujurnya aku sama sekali tidak berniat promosi di sini, tujuanku agar siapapun makhluk yang mengetikkan keyword, "Pengalaman kuliah di Bisnis Internasional Unsoed", bisa menemukan tulisan ini, memeriksanya, kemudian sedikit terpuaskan rasa keingintahuannya.

Kalau kalian menemukan kalimat persuasif, uhm... itu memang sengaja, hehe.

Lantas apa lagi ya?

Pengalaman? Jelas banyak sekali. Mulai dari pengalaman tinggal di Purwokerto yang punya Bahasa Jawa khas alias Ngapak. Sampai pengalaman keteteran belajar ekonomi dan akuntansi. Kuliah itu beda sama SMA. Menurutku, kuliah itu masa di mana akhirnya kamu dapat menggenggam dunia kamu sendiri. Kemandirian sangat dituntut guna membentuk kamu untuk menjadi pribadi yang dewasa. Kamu akan menyadari banyak hal—semacam sesuatu yang selama ini belum tersingkap dan akhirnya tersingkap oleh sesuatu yang di luar dugaan kamu. Lebih banyak teman diskusi, lebih banyak budaya yang teman-teman baru kamu bawa, lebih banyak ilmu, lebih banyak kegiatan, lebih banyak tugas, lebih banyak deadline, lebih banyak puasa sunnah biar hemat, hehe... 


UNSOED punya banyak UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa), kok. Baik itu universitas, maupun fakultas. Jadi pengalamanmu dijamin akan melimpah kalau kamu aktif berorganisasi. Aku sendiri ikut UKM SASMI (Sanggar Seni Mahasiswa Ekonomi) yang mana merupakan UKM kesenian yang dimiliki Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSOED.

More experiences, more happiness also.

Dan yang terakhir...

Biaya.

Sejujurnya ini yang kupikirkan pada awalnya. Ketidakmampuan untuk membayar uang kuliah masih menjadi hal yang sangat menakutkan bagi orangtuaku, juga aku (tentu saja), juga mungkin beberapa dari kalian mengalami ketakutan yang sama. Bagi orang sepertiku, menerima ucapan selamat dan dinyatakan diterima sebagai mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri bukan berarti selesailah segala masalah. Aku masih harus memikirkan biaya. Beruntunglah kalian yang tidak. Masa-masa itu mengingatkanku pada peran orang lain di sekitarku—lebih tepatnya peran seseorang. Uhm, skip ya. Nah kalau masalah biaya kuliah, Unsoed menerapkan sistem UKT. Kamu bisa unduh golongan-golongan UKT di website Unsoed, kok. Di www.unsoed.ac.id. Dan... please jangan panik sepertiku, ya. Jadi gini, UKT itu singkatan dari Uang Kuliah Tunggal, uang tersebut dibayarkan setiap awal semester. Namanya juga Uang Kuliah Tunggal, jadi biaya hanya dipungut melalui UKT saja, jadi UTS atau ngulang mata kuliah itu sama sekali nggak dipungut biaya. Laman tersebut menampilkan golongan UKT dari 1 sampai entah berapa aku lupa. Nah, UKT itu tergantung masing-masing jurusan—sebenarnya sama, sih—kalaupun ada perubahan itu nggak terlalu signifikan. Golongan 1 itu UKT yang paling rendah, dan seterusnya. UKT ditentukan berdasarkan besar penghasilan orangtua. Perhitungannya adalah total penghasilan orangtua dibagi jumlah tanggungan keluarga yang tercantum pada Kartu Keluarga, lalu dikali enam bulan. Kurang lebih seperti itu. Jadi jangan khawatir, ya... Unsoed baik banget, kok. Serius, deh. Kuliah kan banyak beasiswa. Dari BIDIK MISI sampai yang untuk mahasiswa berprestasi. Jadi mahasiswa cerdas aja, kamu bisa dapat uang kok.Nah, sudah ya... aku rasa cuma itu deh hal-hal yang aku tanyakan sebelum dan setelah diterima sebagai mahasiswa Bisnis Internasional Unsoed.

Aku benci mengakuinya, tapi kalimat yang akan aku ucapkan setelah ini memang—uh—mainstream banget. Uhm, tetap semangat ya. Mengutip dari perkataan seseorang yang sudah sangat aku hafal diluar kepala, bahwa, “Ketika kamu belum diterima, itu bukan berarti kamu tidak mampu. Melainkan karena Allah tidak atau belum menghendaki kamu di situ.” Jadi, yah, tetap semangat. Do’a, belajar, ikhtiar dan tawaqal. Ingat bahwa usaha berbanding lurus dengan hasil.


Patuhi orangtua, berbuat baiklah padanya, mohon do'a restu dan ridhonya, karena sesungguhnya Ridho Allah adalah ridho orangtua. Dan... (ini juga penting) berbuat baiklah pada semua orang, dan mintalah do'anya. Misalnya, kamu beli bakso, bilang sama mamangnya, "Mang, ieu urang rek seleksi di PTN, pang ngado'akeun nya mang, mugi-mugi lolos seleksi."


Hehe.


Wis, enyong arep sinau disit.


Hehe (lagi).

Sekian, do'akan aku yang lebarannya mesti UAS dulu ya...

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Kalau ada pertanyaan, silahkan ketikkan di kolom komentar.

Kamis, 31 Maret 2016

Kau dan,
aku


Seperti mencipta dongeng pada secarik kertas basah
Di lariknya, luka dan larat
Menyublim laksana tinta yang luluh lantah
Di baitnya, bisikan luka telah menjadi karat

Serupa bersenandung pada ruang tanpa udara
Hampa, mengayunkan lagu tak bersua
Menguap laksana harapan manusia yang mencinta
Kosong, berisikan not-not tak bernada


oleh : Nd