Senin, 03 Juli 2017

Balada Cuka dan Bawang Putih

Terkait judul, jangan diambil pusing ya, hehe.
Jadi gini, salah satu tujuanku membuat blog ini adalah untuk menuangkan curahan hati yang lama terpendam  berbagi hal-hal yang positif dan informatif, dan yeah, pada postingan kali ini aku akan melaksanakan tujuan tersebut.

Kali ini aku mau sharing tentang wajah. FYI, aku bukanlah seorang beauty enthusiast yaaa. Wajah yang lebih spesifik lagi ke masalah jerawat.

Duh ngomonginnya jerawat, nggak apa-apa lah ya, blog blog gue, hahaha.

Sebelumnya wajahku nggak pernah jerawatan, sampai-sampai aku kebingungan. Sering banget kalau ada orang yang bilang, "Shin, mukelo nggak pernah jerawatan ya!", aku malah khawatir, jangan-jangan wajahku punya kelainan, atau yang lebih parah lagi hormonku nggak seimbang, akhirnya sering banget juga aku bilang, "Suka jerawatan, kok!" Dalam hati yang terdalam aku jadi pengen banget jerawatan. Which is itu oon banget menurutku!

Pada akhirnya, jerawat pun muncul satu per satu. Awalnya aku senang, tapi lama kelamaan jadi bingung, gimana coba cara mengatasi jerawat dengan baik dan benar? Banyak nasihat dan saran dari teman-teman, dari membiarkan, mengobati, sampai memencet! Aku yang saat itu masih polos dan kiyut, memilih opsi yang ketiga: MEMENCET! Rasanya sakit bukan main, tapi kelegaan yang luar biasa membanjiriku sesaat setelah jerawat yang dipencet tersebut keluar mata berwarna putih yang berbarengan dengan nanah dan darah. Mantap abiz!

Teman-teman yang baik hatinya, memencet jerawat bukanlah pilihan yang bijak. It is doens't work. At all.

Cerita berlanjut...
Sekitar tanggal belasan April 2016 lalu, seorang teman yang berulang tahun berbagi rezekinya dengan mengajak makan gratis. Anak kosan mana bisa nolak coba! Nah pada saat itu, di wajahku ada sekitar 2 jerawat dengan satu jerawat yang lumayan besar di pipi. Saat itu ada salah satu teman yang mempertanyakan kenapa aku jerawatan, katanya dia heran. Dia aja heran, apalagi gue coba!

Aku tahu betul temanku itu orangnya sangat teramat peduli, akhirnya dia menyarankan, "Coba deh kamu pakai bawang putih sama cuka." Kemudian aku menimpali, "Bisa ya buat jerawat? Diapain tuh?". Dia pun menjelaskan, "Bisa! Aku kalau jerawatan juga pake itu. Bawang putih ditumbuk terus campurin cuka."

Aku bersenandika dalam hati, "Eh dia juga pernah jerawatan? Wah kalo muka dia sekarang bersih, berarti works dong!"

Keesokan harinya aku pun menjalankan saran tersebut.

Ambil mangkuk, gerus bawang putih pakai sendok makan, tetesein cuka, aduk-aduk, dan tempelin ke jerawat!

Rasanya... subhanallah... perih, panas, sakit, celekat-celekit,  jlenat-jlenot, ya Allah it's too hard to describe :')))

Aku pede-pede aja sih, dengan beranggapan bahwa itu adalah reaksi yang baik. Aku mencoba menikmati setiap detik dari rasa perih bercampur panas dan sakit tersebut, sampai-sampai ketiduran di lantai kamar kosan.

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar, ternyata ada teman yang mau pinjam catatan. Aku bangun dari tidur dan melepas si campuran bawang putih dan cuka tadi yang ternyata masih menempel, tentunya dengan harapan jerawat bisa sembuh. Saat temanku masuk kamar dan melihat wajahku, dia malah kaget. Kalimat pertama yang dia lontarkan itu, "Mukamu KENAPA?!"

Aku yang kebingungan saat itu langsung mengambil kaca dan ternyata semakin kebingungan lihat wajah sendiri.

Hasilnya: MELEPUH PARAH!

Bagian wajah yang aku kasih campuran cuka dan bawang putih itu berubah jadi luka seperti kena knalpot. Merah pekat dan berair. Sedih banget.

Pada detik itu juga aku merasa sangat gagal menjadi anak IPA selama di bangku SMA. Padahal dari SMP pun sudah dikasih pengertian tentang apa itu asam dan basa, juga sifat-sifatnya. Cuka itu termasuk asam, dan dia itu bersifat korosif. Juga bawang putih, dia kan panas, tapi kenapa aku nemplokin itu di jerawat ya?

Insiden itu menjadi salah satu duka penyesalan yang paling dalam.

Nah, teman-teman yang budiman, hal tersurat yang ingin aku sampaikan, pertama, yaitu kita harus mensyukuri apa adanya fisik kita. Sebenarnya kita butuh sih mengupgrade fisik kita, contohnya ketika kalian diputusin sama pacar, eh ambil contoh yang lain deh, contohnya ketika kalian mulai pubertas, pasti dalam masing-masing hati kalian ingin mengupgrade fisik agar lebih baik, bisa dengan pola hidup yang benar, perawatan, dan lain-lain. Tapi yang ingin aku tekankan di sini, kalian nggak perlu lah try so hard gitu, apalagi ingin rusak ketika sudah baik, ketahuilah, itu oon!

Kedua, yaitu jangan bertindak impulsif! Manusia kan dikasih otak untuk berfikir dan hati untuk berperasaan, kedua hal tersebut harus digunakan secara seimbang. Mengerjakan sesuatu pun harus dengan alasan yang tepat. Kalau ingin lebih ilmiah, ya harus dikaji dulu.

Ketiga, yaitu, please ya bagi kalian yang jerawatan, jangan pakai cuka dan bawang putih untuk menyembuhkan jerawat kalian. Bahaya!

***

Niatnya sih cerita ini akan dicukupkan sampai sini, karena mengingat kejadian itu membuat rasa penyesalannya naik lagi ke ulu hati.

Tapi, barangkali ada yang bertanya-tanya bagaimana kelanjutannya, keep on reading!

Setelah tahu hasilnya luar biasa gagal, aku langsung panik bukan kepalang. Aku menceritakan kronologi kejadian dari awal pada temanku itu. Diujung cerita masih sempat-sempatnya aku bilang, "Kamu jangan bilang ke dia ya aku kayak gini gara-gara ikutin saran dia." Dan aku bertanya-tanya hingga sekarang, dalam kondisi apapun, kenapa masih saja orang lain yang aku pikirkan?

Karena aku takut salah lagi dalam mengambil tindakan, maka aku putuskan untuk menghubungi ibu. Ibu ikut panik. Kentara sekali dengan nadanya yang naik beberapa oktaf dan diselingi dengan, "Astaghfirullah... Allahu Akbar... Subhanallah... KOK  BISA?!", yang berulang-ulang kudengar di telefon. Sampai-sampai ketika beberapa hari kemudian aku pulang ke rumah, hampir semua tetanggaku tahu bahwa wajahku melepuh. 

"Ceunah beungeutna melepuh, heuh?", atau, "Rarayna melepuh kunaon?", hilir mudik hinggap di indera pendengaranku ketika di rumah atau di jalan mau ke warung.

The power of ibu :')))

Ohya sekedar informasi, cuka yang aku gunakan itu cuka bakso, dan katanya cuka yang disarankan itu ternyata cuka apel. Ya Allah, napa dia nggak bilang yak? *astaghfirullahdilarangmengumpat*. 

Aku mengobati luka tersebut dengan salep Bioplacenton (yang kalau diinget sampai sekarang dari mana dapat salep tersebut, masih suka terharu, hahaha baper banget ya!). Salep itu efeknya bikin kalem luka dan bikin kering mengelupas gitu. Nah ketika lukanya sudah kering, aku ganti obatnya pakai Minyak Tawon, and it's work! Alhamdulillah lukanya sembuh dan bekasnya berangsur-angsur hilang.

Tapi... the biggest effect-nya yaitu wajahku berubah jadi acne-prone yang akhirnya gampang banget jerawatan.

Oke, info terakhir mungkin nggak penting. Because everyone has different skin types.

Semoga bermanfaat!